Kekurangan Tenaga Medis Tiga Wisatawan Prancis Bersikukuh Membantu Team BSMI

Kehadiran Team Medis Bulan Sabit Merah Indonesia NTB ke lokasi pengungsian korban gempa bumi 7 SR pada Ahad malam 6 Agustus 2018 – menorehkan cerita dan keharuan.
Menjadi tenaga kesehatan pertama yang memberikan pertolongan di lokasi pengungsian yang berada di belakang Polsek Pemenang, Desa Pemenang Barat sudah di prediksikan sejak saat keberangkatan oleh Ketua BSMI Kota Mataram – M.Suaedi.
Tapi menemukan kenyataan jumlah pengungsi yang lebih dari 100 orang, benar-benar membuat team medis yang hanya terdiri dari 1 dokter dan 3 perawat + 1 relawan khusus dokumentasi – cukup terkejut.
Saat baru tiba, info yang di dapatkan dari personil Polsek setempat, jumlah pengungsi sekitar 500-an.
Tapi usai magrib, relawan yanh melakukan survey membawa kabar yang lebih mencengangkan.
Bahwa jumlah pengungsi di sekitar lahan itu 1.000 lebih.
Tak hanya tenaga yang sangat amat terbatas, tapi juga kondisi para pengungsi yang sejak awal memang diduga banyak yang sakit dan terluka dengan kondisi kasus yang cukup berat bahkan untuk ditangani oleh Puskesmas.
Mulai dari yang luka terbuka, luka sobek, fraktur, luka bakar, hingga seorang Ibu muda yang tengah mengandung mengalami kontraksi. Belum lagi pasien lansian yang banyak mengalami sesak nafas dan butuh penangan khusus. Bayi-bayi, balita juga anak-anak yang mengidap ISPA.
Pasien terus saja berdatangan hingga tengah malam, bahkan sejak subuh pada keesokan harinya.
Puncak kesibukan team medis BSMI pun menarik perhatian 3 wisatawan asing dari Prancis (Anna, Floe dan Sofee) yang saat itu baru tiba di evakuasi dari Gili Trawangan.
Awalnya relawan BSMI mengira mereka bertiga datang ke posko medis untuk meminta pertolongan seperti yang terjadi sejak malam sebelumnya (ada banyak wisatawan yg terluka datang untuk mendapatkan pengobatan)
Dengan kemampuan bahasa yang terbatas, relawan dokumentasi pun menanyak apa yang bisa dibantu.
Dan yang mengejutkan sekaligus membingungkan adalah jawaban mereka.
Bahwa mereka datang untuk menolong.
Sunisa – yang saat itu berusaha berkomunikasi dengan ketiga WNA yang tengah berliburan itu menyarankan agar mereka menawarkan diri sebagai relawan ke Kantor Camat.
Anna, Floe dan Sofee, dengan bantuan seorang warga diantar menuju kecamatan.
Tapi 1 jam kemudian, mereka bertiga kembali ke posko kesehatan BSMI yang tengah sibuk-sibuknya melayani pasien.
Sunisa pun akhirnya menanyakan apa skill yang mereka miliki, karena ternyata mereka bukan paramedis.
Floe lansung menawarkan diri untuk membantu dokter melakukan perawatan luka. Lelaki itu mengaku bahwa ia memiliki pengetahuan tentang First Aid.
Tak mau diabaikan, Anna pun keukuh menawarkan diri untuk membantu walaupun sekedar mencuci piring atau menyapu membersihkan sekitar.
Sementara Sofee pasrah saja mau diminta tolong dalam bentuk apa.
“What ever, i’ll try to help you”
Tegas Sofee, dengan yakin.
Akhirnya atas persetujuan Mas Wahid – BSMI Jawa Timur yang saat itu sudah tiba di lokasi membawa stok obat-obatan – Sunisa mengarahkan ketiga wisatawan Prancis itu untuk membantu team medis yang memang sangat kekurangan.
Floe dengan pengetahuannya membantu dokter untuk perawatan luka.
Anna membantu dibagian registrasi pasien setelah sesaat mempelajari beberapa kalimat Bahasa Indonesia yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan pasien.
Sementara Sofee mengambil alih tugas team dokumentasi yang memang saat itu harus banyak mobile dari tenda ke tenda mendampingi dokter Maman – salah satu petugas Puskesmas Pemenang yang akhirnya bergabung bersama team BSMI – untuk visit pasien yang tidak bisa dibawa ke posko kesehatan.
Bantuan ke-3nya tak hanya sekedar di posko saja.
Mereka berusaha menunjukkan kesungguhan dan ketulusan.
Anna yang menyadari team medis BSMI belum menyentuh makanan hingga pukul 11.00 jelang siang dan melihat banyak pasien yang seharusnya dibawa ke Rumah Sakit tapi malah tertahan di tenda, mebawarkan bantuan lebih.
Mereka minta izin menggunakan rompi BSMI agar mudah dikenali sebagai relawan.
Waktu ditanya untuk kepentingan apa, Anna menjelaskan bahwa dia dan Floe berencana menyewa mobil untuk operasional team BSMI. Tak hanya itu, Anna juga meminta dibuatkan list kebutuhan relawan, baik makanan, minuman maupun obat-obatan yang dibutuhkan team dan para pasien korban gempa.
Mereka bersedia mencari semua kebutuhan itu ke Mataram.
Dan Sofee pun menunjukkan dukungan yang sama. Ia menawarkan diri ikut naik bukit dan blusukan bersama team visit BSMI guna menolong korban yang mengungsi ke dataran tinggi.
Hingga sore hari, ketiga WNA itu bahkan minta tolong diajak survey lokasi lain yang lebih membutuhkan bantuan. Atas nama team Bulan Sabit Merah Indonesia.
“Agar mereka bisa mudah terima bantuan kami” jelas Sofee dengan kalimat bahasa yang cukup fasih dan senyum manisnya.
Anna dan Floe mengiyakan dengan wajah sumringah dan binar semangat.
“Let us help you to save them”
Kata Floe sebelum akhirya mereka pergi blusukan bersama team survey BSMI – Joeliyanto.
Dan sungguh, team BSMI merasa sangat terbantu oleh kehadiran mereka.
Terimakasih Anna, Floe dan Sofee.
Kami akan mencatat kebaikan dan pertolongan kalian yanh sangat berarti bagi kami dalam kondisi darurat sekarang ini.

Reply