dakwatuna.com – Hati akan hidup jika dimasuki cahaya keimanan. Tapi cahaya itu akan cepat padam jika tidak dipelihara. Cahaya Al-Qur’an Rasulullah saw. mengabarkan bahwa umat Islam akan mengalami kekalahan, musibah dan kondisi kacau. Lalu beliau menjelaskan bahwa semua itu terjadi karena kekurangan dalam hal iman. Bukan kekurangan dalam hal jumlah umat atau senjata yang dimiliki. Lemahnya iman akan mengurangi dukungan dan pertolongan Allah Ta’ala. Karenanya Rasulullah saw. menjelaskan bahwa jalan keluar dari kondisi itu adalah dengan menggunakan Al-Qur’an. Rasulullah saw. bersabda, “Akan terjadi kondisi kacau dalam umat ini.” Para sahabat bingung dengan berita itu, hingga mereka bertanya, “Apa jalan keluarnya?” Jawaban Rasulullah saw. sangat jelas, “Kitab Allah Ta’ala.” Pada suatu hari Rasulullah saw. juga berbicara hal yang sama dengan Hudzaifah bin Yaman ra. Hudzaifah ra. pun bertanya, “Apa yang harus kulakukan jika kutemui kondisi itu?” Rasulullah saw. menjawab, “Kamu harus kembali kepada Al-Qur’an. Pelajari dan ikuti petunjuknya. Hanya di dalam Al-Qur’anlah tersimpannya keselamatan.” Ternyata berita Rasulullah saw. itu benar adanya. Kekalahan dan musibah menimpa umat Islam silih berganti. Umat Islam seakan masuk ke dalam lorong yang gelap, tidak tahu bagaimana harus keluar. Padahal Rasulullah saw. sudah menyebutkannya dengan jelas, jalan keluarnya adalah Al-Qur’an, Kitabullah. Agar Cahaya Tak Kunjung Padam Banyak musibah menimpa umat Islam disebabkan pemimpinnya. Mereka memimpin dengan cara yang tidak diridhai Allah Ta’ala, sehingga dukungan dan pertolongan Allah Ta’ala dicabut. Allah Ta’ala telah menyebutkan bagaimana pemimpin yang diridhai Allah Ta’ala: الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kekuasaannya di muka bumi, niscaya mereka mewajibkan shalat, mewajibkan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (Al-Hajj: 41]. Agar umat ini tetap diberi pertolongan Allah Ta’ala, umat harus memilih pemimpin yang memang layak diberi kekuasaan. Yaitu mereka yang nantinya bisa mewajibkan pelaksanaan shalat, mewajibkan dikeluarkannya zakat, mengusahakan hal-hal yang baik, dan menghilangkan hal-hal yang buruk. Ketika kita bisa melaksanakan ayat ini, berarti iman kita masih baik, dan Allah Ta’ala akan menurunkan pertolongan-Nya. Bila tidak, maka bersiap-siaplah untuk terus ditimpa musibah dan bencana yang berupa-rupa bentuknya. Masih terkait masalah menghidupkan hati dengan iman, para ulama menyebutkan bahwa ada orang yang rajin beribadah tapi imannya lemah. Di antara tandanya adalah dia rajin beribadah tapi masih berbuat maksiat atau mendukungnya. Karena cinta kepada ketaatan harus menghasilkan benci kepada kemaksiatan. Cinta kepada Allah harus melahirkan benci kepada musuh-musuh-Nya. Itulah cinta yang benar, cinta yang dibuktikan. Bila tidak, maka hati kita sudah tidak sehat lagi dan terancam mati karena masih mencampurkan antara kecintaan dan kebencian. Padahal keduanya tidak bisa bertemu di satu hati selamanya. (msa/dakwatuna) Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/07/09/54279/11-ramadhan-menghidupkan-hati-dengan-memilih-pemimpin-yang-diridhai-allah-taala/#ixzz38B6L8Gw0 Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Menghidupkan Hati dengan Memilih Pemimpin yang Diridhai Allah Ta’ala
July 22, 2014 •
No Comments •
Reply