Keadaan Aleppo Suriah saat ini bersimbah darah akibat serangan rezim Assad yang menimpa warga sipil. Berita terkini dari Al Jazzera kemelut perang yang terjadi di Suriah hingga saat ini malah semakin parah. Peristiwa berdarah ini membuat banyak pihak di berbagai negara dari media sosial mengecam tindakan serangan membabi buta yang melukai dan menewaskan warga sipil di Aleppo Suriah tersebut.
Kabar dari media lokal di Suriah yang pro rezim mengatakan, serangan di Aleppo selama 10 hari terakhir dilakukan untuk memotong jalur distribusi para pemberontak sipil yang berada di dekat perbatasan Turki. Walau Assad berdalih demikian, namun terbukti serangan mematikan rezim pemerintah malah menargetkan banyak fasilitas sipil.
Serangan rezim Bashar al Assad menggempur warga sipilnya sendiri. Konflik di Aleppo menjadi puncak dari tindakan barbar yang dilakukan rezim pemerintahan Assad dengan sokongan Rusia atas warganya sendiri. Dengan dalih melawan gelombang pasukan oposisi yang menentang pemerintah, jet tempur dan helikopter melontarkan bom udaranya tepat di atas fasilitas publik. Ledakan paling fatal menghantam fasilitas medis Al Quds di Aleppo, sebuah rumah sakit spesialis penyakit anak-anak.
Serangan udara yang dilakukan di pagi oleh pasukan Assad terhadap warganya sendiri tanpa pertimbangan terhadap warga sipil dan anak-anak yang menjadi korbannya. Bahkan serengan yang diluncurkan menarget pada fasilitas publik.
Kabar terakhir dari sumber Al Jazeera, Syrian Observatory for Human Rights, dalam 10 hari terakhir, serangan itu telah makan banyak korban di Aleppo. Sedikitnya telah menewaskan 253 warga sipil. 49 jiwa di antaranya adalah anak kecil. Mereka, anak-anak Aleppo kebanyakan tewas karena percikan bom barrel yang menembus tubuh kecil tak bersalah. Tak sedikit pula tubuh kecil yang terjebak dalam darurat perang itu tewas karena tertimbun reruntuhan bangunan, imbas dari ledakan bom jet tempur Assad.
Konflik berdarah antara pemerintah dan oposisi di Aleppo ini telah terjadi sejak tahun 2011. 95 persen dokter dan staf medis melarikan diri dari Aleppo. Padahal kekacauan perang dan kehancuran yang terjadi di kota ini jelas memberikan trauma dan kesakitan yang mendalam, kehadiran dokter medis sangat dibutuhkan di Aleppo. Hari ini, hanya ada 70 sampai 80 dokter di Aleppo, berdasarkan catatan dari Medicine Sans frontiers (MSF).
Bantuan kemanusiaan dari berbagai negara termasuk kami dari Indonesia (Bulan Sabit Merah Indonesia) terus berusaha membantu meringankan beban korban di Aleppo dan para pengungsi di perbatasan yang belum tahu kapan mereka bisa menjalani hidup dengan tenang. Bahkan mereka untuk mendapatkan makanan saja sangat sulit, apalagi bantuan makanan yang dikirimkan sering mengalami kesulitan masuk di berbagai wilayah. Sampai saat ini para pejuang kemanusiaan tak pernah menyerah untuk terus mengulurkan bantuan untuk saudara di Suriah yang mereka sangat menderita.
Reply